Tragedi Tahu Gejrot

Seperti biasa, teman-teman kelas 1-A laki-laki istirahat di tempat kostnya salah satu anggota barudak genjrang-genjreng (soalnya suka main gitar tapi tidak karuan). Tetapi ada sedikit yang berbeda ketika itu, karena sepulang dari kampus kami mempunyai planning untuk bermain futsal dalam pertandingan persahabatan dengan anak-anak FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat). Lho.. Kenapa harus beda? Tentu aja, karena mau bermain futsal, jadi yang kami bicarakan adalah futsal, bukan mata kuliah. Hehe.. Salah seorang diantara Kami ada yang jago main futsal, maklum lah ketika masih SMA dia adalah seorang atlet, sekarang juga masih suka bertanding kok, tetapi kawan kami yang satu ini tidak memilih jurusan PJKR yang bergelut di bidang olah raga. Ya, sudah takdir masuk jurusan Biologi untuk gabung bersama di kelas 1-A. Kawan kami yang satu ini, memberikan pberbagai pengetahuan baru kepada kami seputar permainan sepakbola, terutama futsal nih. Maklum, baru pertama kami bermain futsal bersama dalam satu tim, tetapi kami yakin menaaaaaaaaaaang. Hayo, siapa yang jadi pemain belakang? Tentu saja aku. Dari dulu sampai sekarang, selalu menjadi pemain belakang, kecuali ketika masih SD (Sarjana Dasar). Wkwkwk..
Sesuai agenda, kami akan bermain futsal pukul 15.30. Ketika itu masih ada sisa waktu untuk istirahat sekitar 3 jam lagi lah. Semua tidak ada yang terlewat mengisi perut. Perut nomor satu. Nah, makan sudah beres. Tiba-tiba datanglah sesosok makhluk, sepertinya manusia yang membawa sebuah alat yang terbuat dari kayu. Haha.. Langsung aja “Pedagang Tahu Gejrot” Yang nawarin aneka macam makanan, ada ciolok, tahu gejrot, otak-otak, macaroni, fizza. Eh yang terakhir tidak ada di daftar. Benar, yang kami pilih tahu gejrot. Padahal sudah kenyang, tetapi nafsu kami belum juga terpuaskan, karena mendengar tahu gejrot, kami ingin reuni dan merasakan nikmatnya tahu gejrot seperti masa SD dulu. Jreng.. Dibeli lah tahu gejrot itu, beres makan mulai lah terasa gejolak di dalam perut. Untung saya makan Cuma setengahnya. Jadi, tidak perlu menyimpan saham di sana. Kemudian berangkatlah kami ke tempat futsal, di daerah Dadaha. Pertandingan berlangsung dingin dan tidak seru karena kami kalah. Maklum lah baru pertama dan lagi karena tahu gejrot itu. Malahan ada teman yang samapi diare setelah pulang ke rumahnya. Haduh.. Jadi, jangan terlalu banyak makan yang pedas-pedas! Itulah pesan moral dari cerita ini. Hehe..

Comments

Popular Posts